KAMI MENYEBUTNYA "SI KEMBAR"
Kuwu, 19-20 Okotober 2024-SMAS St. Klaus Werang mengadakan kunjungan ke SMAS St. Klaus Kuwu untuk melaksanakan pertandingan persaudaraan dalam sepak bola dan bola voli. Kedua sekolah, yang dijuluki "si kembar," memiliki ikatan yang kuat, tidak hanya dalam nama tetapi juga dalam visi dan misi pendidikan yang dicanangkan oleh pendirinya, Pater Wasser. Kunjungan ini merupakan momen penting untuk memperkuat persaudaraan dan berbagi pengalaman dalam mengasah generasi muda serta menjadi awal dari berbagai inisiatif kolaboratif yang lebih luas, demi terwujudnya pendidikan yang holistik dan berlandaskan kasih.
Dua Entitas yang Terpisah namun terikat
Di minggu (20 Oktober 2024) pagi yang indah, lapangan hijau di SMAS St. Klaus Kuwu menjadi arena dari sebuah pertempuran yang lebih dari sekadar permainan. Pertandingan antara SMAS St. Klaus Werang dan SMA St. Kuwu, keduanya dijuluki "Si Kembar", mengingatkan kita akan filosofi dualisme: dua entitas yang terpisah namun terikat oleh akar yang sama—Pater Wasser, pendiri yang menanamkan semangat persatuan.
Sejak peluit pertama dibunyikan, suasana bergetar dengan intensitas yang hampir filosofis. Setiap gerakan pemain adalah refleksi dari keberanian dan ketekunan. Dalam tradisi eksistensialisme, mereka berjuang untuk menemukan makna dalam setiap operan dan tendangan, menegaskan bahwa meskipun mereka bersaing, tujuan mereka tetap serupa: mengukir prestasi dan mengenang warisan Pater Wasser.
Harmoni dalam Permainan
SMA St. Kuwu, dengan strategi yang terorganisir, menunjukkan harmoni dalam permainan. Mereka bergerak seperti simfoni, memadukan setiap individu menjadi satu kesatuan yang utuh. Gol pertama mereka tercipta dengan indah, sebuah manifestasi dari kerja keras dan dedikasi. Sorakan penonton menjadi gema yang mengingatkan kita bahwa dalam keberhasilan, ada kolektivitas yang tidak bisa diabaikan. Dalam serangan yang cerdik, mereka mencetak gol kedua, menambahakan angka di papan skor menjadi 2-0. Gol ini bukan hanya angka; ia adalah penegasan bahwa kerja sama dan ketekunan membuahkan hasil. Dalam pandangan Aristotelian, mereka tidak hanya memenangkan pertandingan, tetapi juga menegaskan nilai-nilai kebijakan dan keadilan dalam permainan.