TUJUH PRINSIP RAMAH MENUJU PASTORAL PARIWISATA HOLISTIK 2022 YANG KONTEKSTUAL
“Pariwisata Holistik berarti berpartisipasi, berbudaya, dan berkelanjutan,” demikian sepenggal kalimat yang diungkapkan Mgr. Siprianus Hormat dalam sidang pastoral yang digelar di Aula Retret Biara Putri Karmel. Berpartisipasi berarti masyarakat lokal tidak hanya menjadi penerima keuntungan pariwisata, tetapi juga terlibat aktif dalam mendesain, melaksanakan, dan mengendalikannya sehingga terwujudlah keluhuran martabat manusia. Berbudaya berarti menghargai dan merawat kearifan dan tradisi lokal secara inklusif, dialog dengan budaya lain, serta lentur dalam budaya mondial. Berkelanjutan berarti ramah lingkungan menuju integritas ciptaan, sebab bumi adalah rumah kita bersama. Berdasarkan ketiga penjelasan tersebut dapat disimpulkan juga bahwa wisata holistik itu wisata yang bergerak di semua aspek termasuk dalam budaya dan religi demi kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Lebih jauh, terdapat 7 prinsip “ramah” dalam mengelola pastoral pariwisata holistik, yaitu: ramah martabat manusia, ramah sesama, ramah budaya, ramah lingkungan, ramah nilai etis religius, ramah keadilan kejujuran dan ramah iptek yang manusiawi. Ketujuh prinsip tersebut perlu digagas dan diimplementasikan dalam konteks kehidupan masyarakat termasuk di lingkungan sekolah sehingga ketujuh prinsip itu bukan hanya dikenal melainkan dijalankan secara lebih intensif.
Pertama, ramah martabat manusia. Kata martabat memiliki arti pangkat atau derajat yang dimiliki manusia sebagai individu. Martabat yang melekat dalam diri individu menjadikannya berbeda dengan makhluk lain. Sedangkan manusia sendiri memiliki arti makhluk yang memiliki akal budi. Agar martabat itu tercipta maka perlu dilakukan tindakan seperti: selalu bersikap sopan terhadap siapapun, selalu bersikap baik, selalu berkata jujur, tidak berbuat yang senonoh dan bisa menurunkan martabat. Sikap-sikap seperti itulah yang mendorong pengelolaan pariwisata yang baik. Pariwisata yang digagas mesti mempertimbangkan martabat manusia Kedua, ramah sesama yaitu bersikap baik hati dan bertutur kata yang baik terhadap sesama kita manusia. Ketiga, ramah budaya. Di sini kita ketahui bahwa kita memiliki budaya yang beragam. Untuk menghargai budaya orang lain perlu adanya sikap saling menghormati antara kita. Keempat, ramah lingkungan. Ramah lingkungan diadakan atau dilaksanakan agar bisa meniadakan atau juga mengurangi bahaya dan kerusakan pada ekosistem lingkungan.
Kelima, ramah nilai etis religius. Terdapat beberapa sikap religius yang tampak dalam diri seseorang yaitu kejujuran, keadilan, rendah hati dan disiplin tinggi. Sikap-sikap itulah yang akan membentuk nilai etis dalam kehidupan kita. Keenam, ramah keadilan dan kejujuran. Kejujuran dan keadilan merupakan tindakan atau sikap yang perlu diterapkan oleh setiap orang demi tercapainya keadaan yang ramah atau tenang sehingga tidak menimbulkan kekacauan. Ketujuh, ramah IPTEK yang manusiawi. Zaman sekarang pengetahuan serta teknologi memiliki hubungan yang erat tetapi dalam penggunaannya kadang tidak diperhatikan. Sebagai makhluk yang berakal budi kita perlu memikirkan akibat yang kurang baik jika teknologi tidak digunakan secara baik. Maka perlu diciptakan ramah IPTEK ini agar penggunaannya tidak sembrono (digunakan secara bijak).
Dalam lingkungan sekolah, spirit pariwisata holistik yang partisipatif, berbudaya dan berkelanjutan serta tujuh pilar penyokongnya mesti diinternalisasi secara massif sembari diwujudkan dalam tindakan konkret. Hal itu antara lain bisa mulai dengan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, menata sekolah yang hijau serta lingkungan yang aman penuh rasa persaudaraan dan menghargai keunikan masing-masing siswa, melaksanakan kegiatan kreasi budaya agar anak didik mengenal dan berakar pada nilai-nilai budayanya.
Oleh: Findri-XI IBB 2
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
REKOLEKSI DAN PENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT
Teong Toda, 11 Desember 2024-Dalam semangat menyongsong perayaan Natal, SMAS St. Klaus Werang mengadakan kegiatan rekoleksi yang menggugah pemikiran dan refleksi mendalam bagi siswa-sis
Bincang-Bincang Ilmiah Seputar Kurikulum Merdeka dan Deep Learning
Di tengah riuhnya dunia pendidikan yang terus berubah, siswa-siswi SMAS St. Klaus Werang menggelar suatu kegiatan bincang-bincang Ilmiah (Sabtu, 30 November 2024) yang mendalam. Pemanti
Upaya Membangun Pendidikan Berbasis Kualitas
Teong Toda, 23 November 2024-Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) St. Klaus Werang mengadakan kegiatan penguatan kompetensi bagi para guru.
Pelantikan OSIS Periode 2024-2025: Menjadi Pemimpin, Menjadi Pahlawan
Teong Toda, 11 November 2024-Dalam suatu upacara yang penuh harapan dan semangat, SMAS St. Klaus Werang melaksanakan pelantikan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) untuk periode 2024-
MEREFLEKSIKAN RAPOR PENDIDIKAN 2023
Teong Toda, Senin 11 November 2024- Dalam dunia pendidikan, evaluasi diri seringkali menjadi cermin yang memantulkan keadaan realitas yang ada. Di SMAS St. Klaus Werang, para guru mengg